Pasar Bandeng, Tradisi Malam 27 Ramadhan di Gresik
Pasar Bandeng merupakan tradisi menjelang
lebaran di kota Gresik yang dilaksanakan pada malam 27 hingga malam 29
Ramadhan. Berdasarkan catatan sejarah, mulanya pasar bandeng hadir untuk
memenuhi kebutuhan para santri Sunan Giri di pondok pesantren Giri Kedaton,
saat ini dikenal dengan Desa Sidomukti Kecamatan Kebomas Kabupaten Gresik.
Tradisi
mudik menjelang lebaran dan pulang ke kampong halaman untuk berlebaran, umumnya
dimanfaatkan para santri turun bukit menuju Kota Gresik untuk mencari oleh-oleh
yang menjadi khas Gresik. Kala itu olahan bandeng menjadi khas Gresik sehinngga
banyak santri yang memilih bandeng untuk dibawa pulang sebagai oleh-oleh.
Sumber lain menyebutkan, Pasar Bandeng dikaitkan
dengan sejarah perjalanan Sunan Giri pada malam terakhir bulan Ramadan. Saat
itu, Sunan Giri melanjutkan perjalanan dari Giri ke sebuah mushalla di sekitar
Pasar Gresik sekarang. Pengikut Sunan Giri yang berjumlah banyak itu kemudian
membuat pasar dadakan yang konon banyak memperjualbelikan ikan Bandeng.
Adapula yang menyebutkan bahwa tradisi Pasar Bandeng
mulai dikenal masyarakat luas hingga luar pulau pada masa Syekh Djalaluddin
(Buyut Senggulu) sekitar tahun 1600 yang merupakan ulama keturunan Sunan Giri.
Hal ini terjadi dengan adanya hubungan antara Gresik dan Palembang yakni dari
keluarga Kyai Qomis (Palembang) menantu Buyut Senggulu yang bersilaturahmi
kepada Syekh Djalaluddin (Buyut Senggulu) setiap menjelang lebaaran.
Umumnya
bandeng yang dijual merupakan bandeng segar yang baru dientas (diambil) dari
tambak. Setiap tahunnya gebyar pasar bandeng ini selalu diramaikan dengan acara
pelelangan. Bandeng yang akan dilelang mulai dari ukuran sedang hingga bandeng
besar hingga kawak. Khusus bandeng kawak satu ekor beratnya bisa mencapai lebih
dari 10 kg. Bukan hal mengherankan apabila harganya mencapai jutaan rupiah.
Saat ini bukan hanya ikan bandeng yang diperjualbelikan, namn juga dimeriahkan
dengan jual beli barang kebutuhan lainnya seperti pakaian, makanan, mainan
anak-anak, perlengkapan ibadah, hewan peliharan, hingga aksesoris.
Kegiatan
rutinan setiap tahun yang telah dilangsungkan selama ratusan tahun di kota
Gresik ini selalu diadakan mulai dari jalan Raden Santri (Utara alun-alun
Gresik) hingga jalan Gubernur Suryo kurang lebih sepanjang 2 kilometer. Dulunya
para wisatawan juga menyempatkan diri berbuka dan Sholat Tarawih di Masjid
Jamik Gresik selanjtnya menyempatkan diri berziarah ke makam Syekh Maulana
Malik Ibrahim (Sunan Gresik), Sayyid Ali Murtadho (Sunan Gisik), Nyai Ageng
Pinatih (Ibunda Asuh Sunan Giri), serta masih banyak kompleks pemakaman
Waliyullah yang letaknya saling berdekatan di area Pasar Bandeng.
Riyoyoan (Lebaran dalam bahasa Gresik) kurang lengkap
rasanya sebelum adanya hidangan masakan bandeng di rumah. Terlebih hidangan
masakan bandeng umumnya juga dibawa ke langgar, surau, atau musholla terdekat
sebagai syukuran dan nantinya akan dimakan bersama masyarakat dalam sebuah
lengser atau talam (Semacam piring raksasa). Semakin lengkap nuansa
lebaran dengan saling berbagi dan bersilaturrahmi.
0 komentar:
Posting Komentar